Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal Angus Campbell mengecam kekejaman yang dilakukan militer Myanmar.(AAP: Andrew Taylor)
AUSTRALIA.BM- Militer Australia dan panglima militer dari 11 negara lain mengutuk tindak kekerasan militer Myanmar yang telah menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak.
Panglima militer Australia, Jenderal Angus Campbell bersama panglima militer dari Kanada, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Denmark, Belanda, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris dan Amerika Serikat, mengeluarkan pernyataan setelah militer Myanmar menewaskan 114 warga tidak bersenjata hari Sabtu.
Tindakan tersebut dianggap paling brutal yang pernah dilakukan terhadap para pengunjuk rasa pro-demokrasi.
Termasuk yang tewas dalam aksi tersebut adalah enam anak-anak berusia 10 sampai 16 tahun, menurut laporan saksi mata dan media setempat.
"Sebagai kepala staf angkatan bersenjata, kami mengecam penggunaan senjata mematikan terhadap warga tidak bersenjata yang dilakukan Angkatan Bersenjata Myanmar dan satuan militer lainya," kata pernyataan tersebut.
"Militer yang profesional mengikuti standar internasional dalam tindakan mereka dan bertanggung jawab untuk melindungi, bukan melukai, warga yang mereka layani."
"Kami mendesak Angkatan Bersenjata Myanmar menghentikan tidak kekerasan dan bekerja untuk mengembalikan rasa hormat dan kepercayaan dengan warga Myanmar."
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne juga mengeluarkan kecaman keras karena terus berlanjutnya "pengunaan senjata mematikan yang berakhir tragis".
"Peristiwa terbaru ini sangat memprihatikan dengan meningkatnya tindak kekerasan," kata Menlu Payne dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyerukan segera kepada pasukan keamanan Myanmar untuk menahan diri, menegakkan aturan hukum, dan mengizinkan warga Myanmar menjalankan hak melakukan protes dengan damai.". (*)
#Gan | ABC
AUSTRALIA.BM- Militer Australia dan panglima militer dari 11 negara lain mengutuk tindak kekerasan militer Myanmar yang telah menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak.
Panglima militer Australia, Jenderal Angus Campbell bersama panglima militer dari Kanada, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Denmark, Belanda, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris dan Amerika Serikat, mengeluarkan pernyataan setelah militer Myanmar menewaskan 114 warga tidak bersenjata hari Sabtu.
Tindakan tersebut dianggap paling brutal yang pernah dilakukan terhadap para pengunjuk rasa pro-demokrasi.
Termasuk yang tewas dalam aksi tersebut adalah enam anak-anak berusia 10 sampai 16 tahun, menurut laporan saksi mata dan media setempat.
"Sebagai kepala staf angkatan bersenjata, kami mengecam penggunaan senjata mematikan terhadap warga tidak bersenjata yang dilakukan Angkatan Bersenjata Myanmar dan satuan militer lainya," kata pernyataan tersebut.
"Militer yang profesional mengikuti standar internasional dalam tindakan mereka dan bertanggung jawab untuk melindungi, bukan melukai, warga yang mereka layani."
"Kami mendesak Angkatan Bersenjata Myanmar menghentikan tidak kekerasan dan bekerja untuk mengembalikan rasa hormat dan kepercayaan dengan warga Myanmar."
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne juga mengeluarkan kecaman keras karena terus berlanjutnya "pengunaan senjata mematikan yang berakhir tragis".
"Peristiwa terbaru ini sangat memprihatikan dengan meningkatnya tindak kekerasan," kata Menlu Payne dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyerukan segera kepada pasukan keamanan Myanmar untuk menahan diri, menegakkan aturan hukum, dan mengizinkan warga Myanmar menjalankan hak melakukan protes dengan damai.". (*)
Baca Juga
#Gan | ABC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar