Definisi
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
Chikungunya adalah sejenis virus yang ditularkan oleh nyamuk. Pasien yang terinfeksi biasanya pada awalnya menderita demam dan nyeri sendi parah mendadak. Virus chikungunya kali pertama teridentifikasi selama wabah pada tahun 1952 di Tanzania. Virus ini adalah virus Ribonucleic Acid (RNA) yang termasuk dalam genus alphavirus keluarga Togaviridae.
Chikungunya telah teridentifikasi di lebih dari 60 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Chikungunya mempengaruhi orang dalam semua golongan usia dan jenis kelamin. Hal ini mampu teratasi dengan mengurangi faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Sejarah
Virus Chikungunya dikatakan hanya ada di daerah tropis saja. Namun baru-baru ini telah dilaporkan bahwa penyakit yang memiliki nama lain "Flu tulang" ini telah menginfeksi banyak daerah non-tropis di Asia dan Afrika juga.
Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Batavia dan Kairo; 1823 di Zanzibar ; 1824 di India ; 1870 di Zanzibar ; 1871 di India ;1901 di Hongkong , Burma, dan Madras ; 1923 di Calcuta.
Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue. Istilah “Chikungunya ” berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti “Orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”, suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut. Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi.
Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka.
Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Di Indonesia, KLB penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan dan tercatat pada tahun 1973 terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta, Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun 2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah (RW/Desa ). (dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan.
Dari tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada hampir semua provinsi dengan 18.169 kasus tanpa kematian.
Penyebaran penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya.
Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia potensial untuk terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Penyakit Chikungunya lebih sering terjadi di daerah sub urban.
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
Chikungunya adalah sejenis virus yang ditularkan oleh nyamuk. Pasien yang terinfeksi biasanya pada awalnya menderita demam dan nyeri sendi parah mendadak. Virus chikungunya kali pertama teridentifikasi selama wabah pada tahun 1952 di Tanzania. Virus ini adalah virus Ribonucleic Acid (RNA) yang termasuk dalam genus alphavirus keluarga Togaviridae.
Chikungunya telah teridentifikasi di lebih dari 60 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Chikungunya mempengaruhi orang dalam semua golongan usia dan jenis kelamin. Hal ini mampu teratasi dengan mengurangi faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Sejarah
Virus Chikungunya dikatakan hanya ada di daerah tropis saja. Namun baru-baru ini telah dilaporkan bahwa penyakit yang memiliki nama lain "Flu tulang" ini telah menginfeksi banyak daerah non-tropis di Asia dan Afrika juga.
Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Batavia dan Kairo; 1823 di Zanzibar ; 1824 di India ; 1870 di Zanzibar ; 1871 di India ;1901 di Hongkong , Burma, dan Madras ; 1923 di Calcuta.
Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue. Istilah “Chikungunya ” berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti “Orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”, suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut. Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi.
Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka.
Daerah transmisi Chikungunya aktif.(researchgate.net) |
Di Indonesia, KLB penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan dan tercatat pada tahun 1973 terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta, Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun 2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah (RW/Desa ). (dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan.
Dari tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada hampir semua provinsi dengan 18.169 kasus tanpa kematian.
Penyebaran penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya.
Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia potensial untuk terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Penyakit Chikungunya lebih sering terjadi di daerah sub urban.
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. (Dinkes DDK kota Padang) |
Siklus
Chikungunya adalah virus yang menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini berperan sebagai perantara atau vektor yaitu organisme yang membawa virus chikungunya di dalam tubuhnya tanpa terjangkiti. Keduanya adalah jenis nyamuk sama yang menyebabkan demam berdarah.
Nyamuk Aedes spp seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik (larva) - pupa - nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2–4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.
Gejala
Seseorang yang terinfeksi dengan virus ini akan mengalami sejumlah gejala utama berupa:
1. Demam
2. Nyeri sendi
3. Nyeri otot
4.Sakit kepala
5.Mual
6. Kelelahan
7. Ruam
Demam dan nyeri sendi. Gejala lainnya termasuk sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, atau ruam.
Gejala Chikungunya tersebut umumnya tidak mematikan namun harus ditanggapi dengan serius.
Mengenal Gejala Chikungunya penyakit-penyakit infeksi pada umumnya, pada penyakit flu tulang ini juga ada masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh bibit penyakit setelah masuk ke dalam tubuh seseorang hingga menimbulkan gejala. Masa inkubasi penyakit chikungunya berkisar antara 2-6 hari dengan gejala yang biasanya muncul pada hari ke 4-7 setelah digigit nyamuk Aedes. Adapun gejala khas chikungunya yang bisa kita amati yaitu: Demam. Nyeri sendi. Sakit kepala. Nyeri otot. Pembengkakan sendi. Ruam pada kulit. Mual dan muntah.
Chikungunya adalah virus yang menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini berperan sebagai perantara atau vektor yaitu organisme yang membawa virus chikungunya di dalam tubuhnya tanpa terjangkiti. Keduanya adalah jenis nyamuk sama yang menyebabkan demam berdarah.
Nyamuk Aedes spp seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik (larva) - pupa - nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2–4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.
Gejala
Seseorang yang terinfeksi dengan virus ini akan mengalami sejumlah gejala utama berupa:
1. Demam
2. Nyeri sendi
3. Nyeri otot
4.Sakit kepala
5.Mual
6. Kelelahan
7. Ruam
Demam dan nyeri sendi. Gejala lainnya termasuk sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, atau ruam.
Gejala Chikungunya tersebut umumnya tidak mematikan namun harus ditanggapi dengan serius.
Mengenal Gejala Chikungunya penyakit-penyakit infeksi pada umumnya, pada penyakit flu tulang ini juga ada masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh bibit penyakit setelah masuk ke dalam tubuh seseorang hingga menimbulkan gejala. Masa inkubasi penyakit chikungunya berkisar antara 2-6 hari dengan gejala yang biasanya muncul pada hari ke 4-7 setelah digigit nyamuk Aedes. Adapun gejala khas chikungunya yang bisa kita amati yaitu: Demam. Nyeri sendi. Sakit kepala. Nyeri otot. Pembengkakan sendi. Ruam pada kulit. Mual dan muntah.
Penyakit ini jarang mengakibatkan kematian, namun gejala chikungunya bisa parah dan melumpuhkan.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, chikungunya dibedakan berdasarkan dua fase, yaitu fase akut dan fase kronis.
Gejala Chikungunya Fase Akut (0-7 hari) Fase akut berarti fase awal dari penyakit, biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Karakteristik fase akut meliputi mendadak menggigil, demam tinggi mencapai 40 ° C (104 ° F), mual, muntah, sakit kepala, artralgia (nyeri sendi), dan pada beberapa kasus, muncul ruam makulopapular yang artinya ada bercak atau bintik-bintik kemerahan dan menimbul pada kulit.
Nyeri sendi dan otot yang parah adalah gejala chikungunya yang paling dominan. Rasa sakitnya begitu hebat sehingga membuat korbannya sangat sulit untuk melakukan gerakan. Demam biasanya berlangsung selama dua hari dan kemudian berakhir secara tiba-tiba. Namun, gejala lain seperti nyeri sendi, sakit kepala hebat, dan insomnia bisa berlangsung sekitar 5 sampai 7 hari.
Selama fase akut, viral load atau jumlah virus dalam tubuh bisa mencapai 10E8 (sepuluh pangkat delapan) partikel virus per ml darah. Virus ini tersebar dalam tubuh dan terbukti menginfeksi sel epitel dan endotel, fibroblas primer dan makrofag yang berasal dari monosit, yang artinya menyerang otot, sendi, dan jaringan ikat kulit.
Sebagian besar penderitanya merasa lebih baik dalam waktu seminggu. Namun, pada beberapa orang, gejala chikungunya berupa nyeri sendi bisa berlanjut selama berbulan-bulan. Gejala Chikungunya Fase Kronis Setelah melewati fase akut, tahap selanjutnya adalah fase kronis yang ditandai dengan poli-artralgia (nyeri pada banyak persendian) yang bisa berlangsung dari minggu hingga tahun.
Bahkan ada yang menderita sakit sendi hingga 2 tahun, tergantung usianya dan beberapa faktor lainnya. Sembilan puluh lima persen orang dewasa yang terinfeksi akan mengalami gejala chikungunya seperti dijelaskan sebelumnya. Dan sebagian besar dari mereka mengalami cacat atau keterbatasan gerak selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan akibat penurunan ketangkasan, kehilangan mobilitas, dan nyeri sendi. Bahkan 30-40% penderitanya dilaporkan mengalami nyeri sendi berulang (rekuren) meskipun fase akut dari penyakit sudah dilewati.
Pada kondisi yang parah, penyakit chikungunya juga berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi, seperti miokarditis (radang otot jantung), uveitis dan retinitis (radang mata), meningoensefalitis (radang otak dan meninges), dan perdarahan ringan. Orang yang berisiko terkena penyakit parah termasuk bayi yang baru lahir, orang dewasa Lansia (?65 tahun), dan orang-orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.
Diagnosis
Gejala demam chikungunya sangat mirip dengan demam berdarah dengue dan Zika. Hal ini membuat diagnosis fisik tidak mampu mendeteksi penyebab pasti penyakit. Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus chikungunya, dokter perlu melakukan tes darah.
Jika seseorang mengalami beberapa ciri-ciri dan gejala chikungunya seperti di atas, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Kita tidak dapat memastikan keberadaan penyakit ini hanya dengan mengamati tanda dan gejalanya, karena pada kenyataannya ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang mirip, seperti demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit Zika. Setelah dokter melakukan anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik, maka dokter belum dapat memastikan diagnosis atau keberadaan penyakit ini. Namun demikian, sudah bisa menduga atau mencurigai keberadaannya. Nah, untuk memastikannya, maka diperlukan pemeriksaan darah.
Pengobatan
Tidak ada vaksin atau obat untuk virus chikungunya. Pengobatan hanya sanggup mengurangi gejala demam. Jika Anda mengalami demam chikungunya, dokter biasanya meminta Anda banyak beristirahat, minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, dan menghindari gigitan nyamuk.
Untuk mengurangi nyeri dan demam, Anda akan diberikan obat resep macam acetaminophen atau paracetamol. Anda tidak boleh minum obat lain tanpa izin dokter, terutama aspirin dan obat antiradang non-steroid.
Apabila Anda minum obat untuk kondisi kesehatan lainnya, bicarakan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan.
Pencegahan Penyebaran Penyakit
*Jika Anda sudah dipastikan menderita chikungunya, maka hindari gigitan nyamuk untuk minggu pertama. Selama minggu pertama infeksi, virus chikungunya banyak terdapat di dalam darah. Jika ada nyamuk yang menghisap darah tersebut, maka nyamuk ini dapat menyebarkannya ke orang lain di sekitar Anda melalui gigitan selanjutnya.
*Jaga nyamuk tetap di luar dengan menggunakan AC, menutup pintu/jendela atau gunakan kelambu
*Kosongkan air dari penampung seperti ember atau pot bunga
*Kenakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang
*Gunakan pengusir serangga sesuai dengan penyedia layanan kesehatan
Ada banyak faktor risiko kondisi kesehatan yang harus diwaspadai;
1. Tinggal di negara tropis
2. Pulang dari area yang terkena wabah
3. Tinggal di area dengan kebersihan yang buruk.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. Konsultasikan pada dokter Anda. Apabila Anda minum obat untuk kondisi kesehatan lainnya, bicarakan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan.
#Gan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar